Kamis, 04 Maret 2010

Angkat topi buat kinerja pansus DPR

PESIMISME dapat menjadi daya dobrak yang dahsyat. Kesangsian bisa menjadi energi yang memacu motivasi. Dan prestasi mungkin saja lahir dari rahim keraguan.

Itulah yang terjadi dengan Pansus Angket Bank Century. Meski usul Angket Century ditandatangani 503 anggota DPR--jumlah terbesar pengusul hak angket--publik tetap saja bimbang. Kebimbangan kian menjadi setelah Idrus Marham, anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar yang juga Sekjen DPP Golkar, terpilih menjadi ketua pansus.

Publik pantas bimbang. Puluhan hak angket DPR sebelumnya kandas di tengah jalan karena kental dengan aroma transaksional. Sebut saja contoh terakhir Pansus Angket BBM yang dipimpin Zulkifli Hasan (F-PAN). Pansus itu lenyap tanpa jejak dan ternoda isu gratifikasi. Tetapi Pansus Angket Century yang berakhir Rabu (3/3) malam membalikkan semua anggapan buruk tentang DPR. Inilah satu-satunya pansus yang bisa bekerja tanpa masuk angin hingga palu terakhir diketok. Di tengah badai lobi yang tak putus-putus, tekan menekan, teror meneror, ancam mengancam, anggota pansus tetap segar, bugar dan tegar.

Banyak hal bisa ditimba dari 60 hari perjalanan pansus. Kerja pansus yang terbuka, liputan pers yang luas terutama melalui televisi hingga masuk ke ruang-ruang privat, membuat semuanya menjadi terang benderang.

Sikap kritis anak-anak muda seperti Andi Rahmat (F-PKS), Maruarar Sirait (F-PDI), Romahurmuziy (F-PPP), Akbar Faisal (F-Hanura) dan sejumlah nama lain, telah menjadi inspirasi sekaligus mengubah citra dewan. Melalui sikap kritis mereka itu, publik telah membuat kesimpulan masing-masing atas skandal Century.

Karena itu, adalah tindakan bunuh diri jika partai mendorong fraksi untuk mengambil sikap berbeda dengan sikap yang muncul selama pansus bekerja. Konyol jika partai hanya ingin mempertahankan tiga atau empat kursi menteri di kabinet kemudian mengorbankan jutaan suara konstituen. Dan kebenaran yang bersemayam di hati nurani publik pun ditegakkan. Melalui voting yang terbuka, 60,5% suara di DPR memilih opsi C, yaitu kebijakan bailout Century dan aliran dana diduga terdapat penyimpangan sehingga diserahkan kepada proses hukum.

Fraksi-fraksi mayoritas telah menunjukkan sikap yang konsisten. Mereka memberi pelajaran bahwa suara rakyat di atas segalanya dan tidak bisa dibarter dengan kursi menteri atau pun tawaran fulus. Koalisi haruslah bermakna perhimpunan untuk membela kebenaran dan keadilan, bukan persekongkolan untuk menyembunyikan kebusukan.

Pansus Angket Century membangkitkan optimisme kita bahwa sebuah generasi baru telah lahir di DPR. Generasi baru itu bisa diharapkan mengubah citra parlemen yang sudah terlampau lama terbenam dalam praktik-praktik transaksi kelam. Kita juga menghargai sikap anggota Dewan yang lebih mengutamakan kebenaran dan nuraninya meski harus berbeda pandangan dengan fraksi. Anggota F-KB, Lily Wahid tentu siap dicopot saat memilih mengabdi pada kebenaran yang diyakininya. Apalagi dia termasuk sembilan inisiator Angket Century, namun oleh fraksinya dia tidak dijadikan anggota pansus.

Setelah lama anak bangsa ini kehilangan hormat terhadap DPR, sekarang kita boleh angkat topi kembali.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar