Selasa, 20 Juli 2010

Benarkah Dunia Telah Mengalami OVER POPULASI?

Tanggal 29 Juni lalu diperingati sebagai hari Keluarga Nasional (Harganas). Konon pada tanggal itulah dimulai Gerakan Keluarga Berencana (KB) Tahun 1970. Penggalakan program KB ini dilatarbelakangi oleh pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia. Bahkan, dunia. Pada September 2008 populasi dunia telah terhitung sekitar 6.72 miliar jiwa dan diperkirakan populasi dunia pada 2050 akan mencapai 9 miliar jiwa.

Besarnya populasi dianggap telah menimbulkan ketimpangan global karena sumber daya alam (SDA) yang ada tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia. Hal inilah yang dituduh sebagai penyebab kemiskinan, kehancuran lingkungan, dan kerawanan sosial.

Perekonomian di dunia ketiga dipandang mustahil dapat berkembang selama pertumbuhan penduduknya tidak ditekan. Namun, benarkah dunia telah mengalami OVER POPULASI? Juga benarkah besarnya jumlah penduduk yang menghambat kemajuan ekonomi dan menyebabkan keterbelakangan negara-negara dunia ketiga?

Jika benar logika yang menyatakan "besarnya jumlah penduduk menghambat kemajuan ekonomi" maka seharusnya China adalah negara paling terbelakang. Karena, menurut Internasional Data Base  (IDB), lima negara dengan jumlah penduduk terbesar berturut-turut adalah China, India, Amerika Serikan (AS), Indonesia, dan Brazil.

Tetapi, masyarakat dunia pun tahu bahwa saat ini, dengan jumlah penduduknya yang sangat besar itu pun China tetap menjadi negara maju dan terdepan dalam perekonomian. Demikian pula dengan India dan USA. Namun, sebaliknya, banyak wilayah dengan jumlah penduduk kecil, wilayah luas, dan SDA yang melimpah tetapi terbelakang, miskin, bahkan kelaparan. Contoh paling dekat adalah Papua.

Jika dicermati lebih dalam, sesungguhnya isu over populasi adalah isu yang sengaja digulirkan sebagai bagian dari agenda politik negara-negara imperialis-kapitalis. Dengan menggulirkan isu tersebut mereka berusaha untuk menutupi penyebab terjadinya bencana global - kelaparan, kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial, dan sebagainya - yang sebenarnya; yaitu karena kerakusan ideologi Kapitalisme Barat.

AS, misalnya, hanya memproduksi 8% minyak bumi, namun mengkonsumsi 25% jumlah minyak bumi yang ada di dunia. Jumlah penduduk Barat hanya sekitar 20% dari populasi dunia, namun menghabiskan 80% dari produksi pangan dunia. Di sisi lain, isu ini dijadikan alat untuk menjelek-jelekkan negara-negara dengan pertumbuhan penduduk yang besar (baca: negeri-negeri Muslim) dan pada saat yang sama mengurangi risiko berkurangnya pengaruh negara-negara maju di masa datang.

Negara-negara dengan pertumbuhan penduduk yang besar tentu harus sadar terhadap konspirasi ini. Sebab, jumlah penduduk yang besar adalah modal potensial untuk membangun SDM yang tangguh dan akan memimpin dunia. Lagi pula banyaknya jumlah penduduk di dunia tidak akan menjadi masalah berarti. Sebab, pada dasarnya Allah SWT menjamin ketersediaan SDA ini untuk menopang kehidupan manusia sampai Hari Kiamat.)*

1 komentar: